JAKARTA – Pelukis asal Pati, Jawa Tengah, Soemaryo Hadi, menggelar pameran tunggal bertajuk “Pendar Pertemuan” di Galeri Darmin Kopi Jl. Duren Tiga Raya 7E, Jakarta Selatan.
Pameran Tunggal ke-7 ini berlangsung dari tanggal 15 hingga 31 Desember 2024. Ini adalah kali pertama Sumaryo Hadi kembali berpameran di Jakarta setelah lebih dari satu dekade berkarya di Pati.
Soemaryo Hadi mengangkat esensi makna lingga dan yoni dalam simbol-simbol serupa kunci dan gembok. Ia menjelaskan, pameran tunggalnya ini memiliki beberapa tujuan, salah satunya memperingati hari ibu melalui ekspresi lingga yoni sebagai lambang kesuburan dalam karya seni lukis.
“Tujuannya untuk memperingati hari ibu, juga sebagai pertemuan setelah saya berkarya di kota kelahiran dan ini juga bentuk tanggung jawab saya sebagai seorang perupa,” ujar Hadi.
Kurator pameran Puguh S Warudju menyampaikan, konsep lingga yoni memiliki makna filosofis mendalam, bukan hanya simbol seksualitas semata.
“Lingga Yoni bukanlah hegemoni dari sebuah agama tertentu, nilai-nilai filosofis yang terkandung serta dimensinya yang sangat kompleks (bukan sekedar simbol seksualitas semata) berlaku secara universal hingga sekarang,”
“Dari titik perenungan itulah, Soemaryo Hadi memberangkatkan presentasi karya-karya seni lukisnya,” ungkapnya.
Manajer Galeri Darmin Kopi, Yuli Riban, menyebut, tema Pendar Pertemuan ini menjadi ajang reuni dan berkumpul kembali Hadi dengan teman-teman perupa di Jakarta.
“Sesuai dengan tema “Pendar Pertemuan” yang diangkat, pameran ini menjadi ajang pertemuan setelah Mas Hadi kurang lebih satu dekade berkarya di kota kelahirannya, Pati,” ungkap Yuli.
Menurut kritikus seni Merwan Yusuf, ungkapan simbolik pertemuan lingga dan yoni merupakan relasi mutual organik yang menjadi pelambang kesuburan di negeri ini.
“Inilah esensi yang tersirat pelukis Soemaryo Hadi melalui karyanya dengan bentuk yang bertenaga serta hentakan warna yang liar dan berani, berteriak, dan menolak diam,” papar Merwan.
Pameran dibuka oleh Shannelom Yuma, Ketua Umum HAPSI (Himpunan Artis Pengusaha Indonesia) yang juga seorang desainer dan pemerhati seni.
Dalam sambutannya, Yuma menyebut memiliki kesamaan dengan Sumaryo Hadi dalam hal keberanian untuk terjun ke dunia seni.
Soemaryo Hadi merupakan perupa yang bukan berasal dari akademi seni. Demikian juga dengan Yuma yang terjun ke dunia fesyen sebagai desainer busana dan juga menjadi pelukis tanpa pernah mengenyam pendidikan seni dari institusi mana pun.
“Keberanian adalah setengah dari modal dan keberanian Pak Hadi mengantarkannya untuk terus berkarya hingga saat ini. Saya apresiasi sekali,” ujar Yuma.
Selain membuka pameran, Yuma juga mengaktualisasikan apresiasinya dengan langsung memboyong dua karya Soemaryo Hadi tersebut.
Pembukaan pameran tunggal hasil Kerjasama HIPTA (Himpunan Pelukis Jakarta) dan Galeri Darmin Kopi ini. dihadiri oleh artis senior Ida Leman, perupa Syafril Cotto, Sony Eska, anggota komunitas seni HIPTA, Kelompok Segitiga, Peruja, Perupa Kota, Artchipelago dan masyarakat umum. (mac)